Lewolea,KilatNews- Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapo Bali menyampaikan terima kasih dan minta restu dari leluhurnya, dengan memberikan makan kepada leluhurnya di tempat pertapaan kakeknya, yang bernama Ola. Tempat pertapaan kakek Ola itu bernama Robong Lolo, yang berarti gua atau lubang di atas bukit di kampung Lewolera (kampung matahari) Desa Lamadale Kecamatan Lebatukan.
Seremoni kasih makan leluhur Tapobali, Kamis (30/5/2024) ini dipimpin molan (dukun) kampung Lewolere. Sebelum seremoni kasih makan para leluluhur didahulu dengan pemasangan lilin yang dilakukan oleh Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapobali dan istrinya, Maria Anastasia Bara Baje, keluarga Tapobali dan beberapa warga Lewolera. Setelah pemasangan lilin untuk arwah nenek moyang, Paskalis Tapobali menyuguhkan sebatang rokok untuk arawah nenek moyangnya.
Kemudian dilanjutkan dengan seremoni kasih makan para leluhur dengan memotong dua ekor ayam jantan, kemudian dua ekor ayam tersebut dibakar. Setelah dibakar, molan memberikan bagian tertentu dari ayam untuk para leluhur Tapobali dan sisanya dimakan oleh keluarga Tapobali dan warga lain yang datang ikut seremoni. Selain itu molan juga menuangkan tuak diatas batu untuk para leluhur dan sisanya diminum oleh keluarga Tapobali dan warga yang hadir.
Robong Lolo, gua atau lubang diatas punggung bukit bagian ujung utara kampung Lewolera merupakan tempat pertapaan Ola, kakek dari Paskalis Ola Tapo Bali. Tempat pertapaan kakek Ola, yang letaknya bagian utara kampung Lewolera, merupakan tempat keramat.
Tempat pertapaan kakek Ola, diatas punggung bukit ada sebuah batu besar. Batu besar ini tempat duduknya kakek Ola untuk mencari keheningan batinnya, kiri –kanannya jurang. Ditengah batu besar tersebut ada lubang. Konon di dalam lubang batu ini ada ular naga besar. Saat seremonial adat, kasih makan para leluhur lubang batu ditutup dengan beberapa batu kecil, sehingga lubang batu tersebut tidak terlalu kelihatan saat seremoni.
Karolus Tapobali penjaga rumah besar Tapobali mengatakan Bapa Ola, selama masa hidupnya selalu bertapa di Robong Lolo. Ia mengatakan Bapa Ola yang selalu bertapa berhari-hari , mencari keheningan batinnya di tempat tersebut. Bapa Ola yang selama hidupnya selalu mencari kehening ditempat tersebut memiliki kekuatan misalnya, dia bisa menghilang begitu saja dari kerumunan orang banyak.
Ia juga menjelaskan batu besar tempat Bapa Ola bertapa, ada lubang ukuran besar. Dalam batu tersebut ada ular naga. Ia mengatakan jarang sekali ular tersebut keluar dari batu. Ia mengatan ular naga itu kadang keluar pada siang hari.
Ia mengatakan, kalau ada orang yang tidak takut, atau punya niat untuk bertapa,mencari keheningan batinnya. dirinya yakin dia bisa melihat ular naga tersebut.
Ia mengatakan dulu tempat itu hutan rimba, sekarang banyak orang tanaman kemiri. Ia mengatakan Robong Lolo saat ini menjadi tempat wisata, karena dari atas bukit tersebut kita bisa melihat pemadangan yang indah .
Namun lanjut kalau sudah mulai kabut maka kita tidak bisa menyaksikan keindahan pantai, gunung Ile Lewotolok.
Ia mengatakan, walaupun sudah menjadi wisata desa, orang tidak berani datang ke tempat tersebut pada malam hari. Kalau orang datang pada siang hari, tidak boleh seorang diri, karena tempat tersebut cukup keramat.
Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapo Bali kepada media ini menjelaskan bahwa awalnya mereka tidak tahu kalau Robong Lolo ini merupakan tempat pertapaan kakeknya yang bernama Ola. Ia mengatakan dirinya baru tahu ketika ada satu orang tua dari Ende, yang masih punya hubungan keluarga menyampaikan kalau dirinya selaku cucu lupa untuk kasih makan leluluhurnya di tempat Robong Lolo.
Ia mengatakan orang tua dari Ende yang memiliki kemampuan untuk melihat itu, datang ke kampungnya dan menunjukan tempatnya. Karena itu lanjutnya, sebagai cucu, dirinya sedikit sedikit mulai menata tempat pertapaan kakeknya.
Paskalis Ola Tapo Bali tidak hanya cerdas di bidang pengetahuan, birokrasi tapi anak sulung laki-laki dari mantan asisten II Setda Lembata, Pius B. Wulo (almarhum) adalah salah satu orang Lembata, seorang pejabat birokrasi yang tahu betul soal makna adat dan budaya bagi kehidupan manusia .
Paskalis Tapo Bali saat acara ramah tamah keluarga Lewolera di aula St.Yosef Freinademetz Lewolere mengatakan setelah dirinya dilantik menjadi Penjabat Bupati Lembata, maka dirinya harus pulang kampung, tanah leluhur.
Ia mengatakan berdasarkan hasil refleksinya, ada tiga dimensi yang mesti kita miliki, yakni dimensi pengetahuan, hukum dan dimensi sosial cultural.
Ia mengatakan apa yang ia lakukan ditanah leluhurnya merupakan adat budaya yang turun temurun yang mesti kita jaga dan lakukan. Ia mengatakan apa yang ia lakukan mulai dari pagi di Lewolera, mulai dari masuk rumah adatnya,(rumah adat Tapobali) untuk minta berkat dan restu) dari leluhur dan Tuhan, masuk ke empat rumah adat lainnya di Lewoleba, siarah ke makam leluhurnya dan terakhir seremonial kasih makan ke para leluhurnya di Robong Lolo merupakan dimensi sosial kultural yang mesti ia jalankan.
Sementara ketua DPRD Lembata, Petrus Gero yang juga putra Lewolera mengatakan, setelah DPRD Lembata secara bulat memutuskan untuk mencalonkan Paskalis Tapo Bali sebagai penjabat Bupati Lembata. Maka dirinya sebagai anak Lembata, anak Lewolera datang ke rumah adatnya (suku Olepue) untuk meminta kepada leluhurnya agar apa yang DPRD Lembata usulkan, nenek moyang, restu, kawal dan akhirnya presiden melalui Mendagri memutuskan Paskalis Tapobali sebagai Penjabat Bupati Lembata. (KN)
Discussion about this post